Aku
adalah seorang yang selalu kalah didalam hidupku. Kegagalan disetiap ujung
jalan yang kutempuh, rasa sakit yang dihadiahkan kepadaku. Tangis disela tawa
palsuku. Cewek kuat begitu yang mereka bilang padaku. Sebenarnya kenyataan menunjukkan
tidak demikian, karena aku terbiasa menyeting wajahku, postur tubuhku dan
semangatku sedemikian rupa sehingga semua orang melihat coverku yang sekuat
besi.
“Bona ,loe nggak pernah nangis ya. Gue salut sama elo. Beda banget sama gue. Ibarat
kata gue seperti ranting pohon dan loe batang pohon,beda banget. Apa sih
rahasianya? Gue pengen banget tau.” kata seorang cewek yang agak gemuk,namun
tidak mengurangi pancaran inner beautynya.
Tidak lain dan tidak bukan,dia adalah Citra.
“Huhhff..entahlah Cit. Mungkin gue
terinspirasi dari tokoh Wonder Women
yang strong luar dalam.Hehe.”kataku
sambil melahirkan naskah cerpen ketiga.
Semoga kali ini,naskahku akan dimuat dan
aku bisa menjadi seorang penulis. Tunggu dulu..Aku memang bibit penulis
terkenal, namun memang cerpenku belum waktunya menetas ke tangan para
penggemarku. Begitu keyakinanku setiap kali menulis. Tulisan adalah teman
sejatiku. Disaat aku sedih, aku menulis, saat bahagia aku menulis dan terutama
saat aku galau dengan kisah cinta masa sekarang yang lebaynya minta ampun.
Kuakui kisah cinta anak muda jaman sekarang nggak seromantis dulu, buktinya ada
waktu aku lihat film bang Rhoma Irama yang romantis banget. Di film itu
diceritakan bang Rhoma Irama menyanyikan lagu dangdut buat pacarnya,ciptaan
sendiri pula. Berbeda dengan anak muda jaman sekarang yang nyanyiin lagu orang
lain. Bukti kuat lainya yaitu pada film Habibie Ainun yang memecahkan rekor
karena ditonton 3 juta orang 1 harinya. Dalam film itu, aku melihat 2 pasang
sejoli yang saling mengasihi, tanpa adanya adegan ngambek-ngambekan saat masa
pacaran. Bahkan saat Habibie berkata kepada Ainun “Ainun, kamu jelek ,item ,kaya’
gula jawa”, Ainun tidak marah seperti kebanyakan cewek jaman sekarang, dia cuma
tersenyum, juga tekhnologi yang belum maju saat itu membuat Ainun berkomunikasi
dengan surat. Rasanya romantis banget,berbeda dengan sekarang yang memakai sms,
sekali kirim bisa langsung dihapus. Semua yang klasik memang menyenangkan.
“Bona,pasti deh kalau loe lagi
nulis,ujung-ujungnya kaya dunia Cuma milik loe sama lepi loe.”sahut Citra
sambil memegang tanganku mencoba membangunkanku dari semua inspirasi yang masuk
perlahan ke otakku.
“Eh,Cit. Tadi loe ngomong apa
ya?”tanyaku memecahkan keheningan inspirasi yang lagi mekar-mekarnya.
“Ah,elo. Udah ketelen sama roti ni.” ucap
Citra sambil mengunyah roti cokelat digenggaman tangannya.
“Ya ampun Cit. Loe udah habis berapa sih? Dari tadi makan roti cokelat melulu.”
“Baru 3 bungkus Bon. Lumayan ni rotinya enak. Gue tertarik sama
bentuknya,kebetulan juga toko roti di seberang sono tuh lagi ada promo beli 2
dapat 3. Wkwk.”kata Citra dengan mulut penuh roti ”Uhuk..uhuk.” Gumpalan roti
cokelat itu melayang ke novel yang ada di meja taman tempatku mengetik.
Serombongan anak muda yang lagi nongkrong tak jauh dari tempatku duduk
mengarahkan pandangan ke arah kami.
“Citra,,pelan-pelan..”sembari ku menyodorkan air putih dalam botol minum
tupperware pinkku.
Sesaat
kemudian Citra kembali tersenyum,”Hehe.Udah-udah Bon.”Habis sudah persediaan
air minumku. Aku membayangkan,andaikan aku dan Citra sedang di Gurun Gobi,dan
kami melakukan perjalanan jauh hanya dengan satu botol air minum,pasti deh satu
botol itu yang jadi harta karunnya. Udah dulu deh lamunannya. Terlalu banyak
inspirasi membuat pikiranku berantakan seperti novel-novel yang berserakan di
depan mataku.
“Bon,gue cabut dulu ya. Gue mau ada
kuliah dadakan. Ni dah disms terus sama Antonie.”
“Ye elah. Kabur aja loe. Nih gumpalan
cokelat loe mau dikasih ke gue?”tanyaku memanggilnya
Kuambil
sebuah novel yang baru kubeli di Gramedia. Gumpalan cokelat itu mendarat tepat
di cover novel baruku yang masih perawan. OMG.Masalah ini harus segera kuatasi.
Kusave naskah cerpenku. Kemudian kumatikan netbook putih kesayanganku,
kumasukkan ke dalam tas rangsel berbahan jeans. Trara. Kutenteng novel ke
wastafel umum di pojok taman. Lap berbahan tissue dari dalam sakuku meluncur
membersihkan gumpalan jorok hadiah dari CitraMarabunta.SekarangterlihatjudulHujan.tes..tess..tesss...gyurrr..
Hujan turun mendadak.
Ah BT amat sih. “Hei hujan,nggak tau apa kalo gue bawa netbook. Kalo gini kan jadi susah,mana gue nggak bawa payung.”
Kuberlari sekuat tenaga berlindung ke
arah pohon Mahoni yamg letaknya agak jauh disana. Saat berlari, aku terpeleset
dan membuat bajuku basah terkena lumpur. Dan aku pikir. Bad day. Mungkin
gara-gara novel payah digenggaman tanganku.
Seseorang menerobos hujan dengan
payung hitam di genggaman tangannya. Dia mendekat,mendekat dan semakin dekat
denganku. Terlihat wajah tampannya,tak sesuai dengan tingkahnya yang amat
menyebalkan akhir-akhir ini. Siapa lagi kalau bukan sahabat sejatiku yang
sekarang statusnya adalah mantan pacarku. Cerita singkatnya,aku lagi BT abis
sama alien ini yang hobi main PS sampain lupa waktu dan dia nggak nganterin gue
ke acara nikahan sepupuku. Aku malu banget sama keluarga besarku. Aku bilang
Angga mau datang dan mau aku kenalin ke mereka semua, tapi ia tidak mengangkat
telepon. Akhirnya,demi menyelamatkan reputasiku yang terbina sekokoh tembok
Cina, kata PUTUS pun meloncat dengan beratnya kepada cowok yang umurnya 1 tahun
dibawahku.Walaupun hubungan kami sudah berjalan lamanya 2 tahun. Dia teman
sekelasku dan membuatku marah hebat saat melihat mukanya setiap hari.
“Bona. Sini Bon. Loe ngapain sih
lari-lari kaya’ diuber maling?”tanya Angga sembari memayungiku dan menolongku
berdiri
“Apaan sih elo, gue bisa jalan sendiri. Kaya’ anak TK aja dijemput
segala.”kataku sedikit bernada tinggi.”aduh duh duh.Punggung gue.”erangku saat
mencoba berdiri. Begini nih efek sampingnya kalau menghabiskan 6 jam standby tanpa istirahat di depan laptop.
“Udah lah. Sampai kapan loe mau
pura-pura judes sama gue. Gue yakin loe masih sayang sama gue.”
Lalu dia memapahku menuju ke mobil sedan tak jauh dari taman.Aku hanya pasrah
karena aku nggak mampu berdiri tegak,sepanjang jalan aku hanya membungkukkan
badan menatap jendela mobil yang basah diguyur hujan yang tak kunjung reda.
“Loe baik-baik aja Bon?”tanya Angga
sembari sesekali menengok ke arahku untuk memastikan keadaanku. Aku ngrasa
males banget ngejawab pertanyaannya. Sesaat kemudian,aku merasa sangat
lelah,dan kurasakan tubuhku nyaman sekali masuk ke sebuah rumah yang
hangat,nyaman,dan disana aku berdua sedang tertawa bersama dengan seorang
cowok. Kurasakan nyaman bersandar dibahunya. Kami mengenakan baju putih dan
duduk di teras penginapan bernuansa Pulau Dewata. Di jari manis kami,terpasang
cincin emas polos tanpa mata. Di setting tersebut kami sedang memadu cinta
karena kami sedang berbulan madu. Kulihat cowok itu memalingkan wajah ke
arahku. Dia sudah tidak asing lagi bagiku,karena dia adalah Angga. Sesaat
kemudian dia memegang daguku,lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku lalu
sedetik kemudian bibirnya bertemu dengan bibirku. Kurasakan sensasi aneh
disana. Semua kesedihanku perlahan terhapus, kebahagiaan perlahan berbinar
dan..
Kubuka mata. Aku masih di mobil Angga. Huh. Seperti biasa beberapa bulan
ini,aku sering tertidur di mobilnya sampai lama, sering kali aku ditinggal
sendiri bersama 1 botol teh hijau madu dan snack kentang kesukaanku. Namun kali
ini lain, saat pertama kubuka mata,dia terlambat menghindar saat kutahu dia
mencium bibirku. Wajahku semakin marah dan marah mengetahui dia mencuri ciuman
berhargaku.
“Angga,gue benci sama loe.”ucapku
padanya.”Gue mau turun di sini”
Mempercayai orang ini memang suatu hal bodoh. Biarkan saja bajuku basah,
laptopku juga basah,yang penting aku harus cari taksi buat pulang ke rumah.
Saat aku sudah turun dari mobilnya,dia tak kunjung pergi.
Kring Kringg
Hpku berbunyi. Aku berteduh di depan
warung untuk mengangkat telpon dari adikku,Ani.
“Halo An. Ada apa?”
“Halo kak,kakak dimana?”
“Lagi berteduh di depan warung nih An.Sampaiin ijin ke mama kalau kakak telat
pulang. Ini lagi nunggu taksi mau pulang.”
“Kak,maaf kak,Ani sekarang lagi ke Bali dadakan sama Papa,Mama,om Robi sama
tante Yeni. Ani udah nyampai Surabaya Kak. Maaf sekali lagi kak,kunci rumahnya
kebawa. Mbok Supiyem juga ikut ke Bali Kak.Jadi di rumah nggak ada
siapa-siapa.”
“Ha? Kok nggak nunggu aku pulang sih?”kataku heran
“Habis Papa dapat tawaran dadakan dari om Robi sih,katanya ini syuting perdana
Mancing Mania Kak. Jadi tadi habis ditelpon om Robi,Papa sama Mama kelabakan
mempersiapkan barang yang dibawa. Soalnya cuma ada waktu setengah jam buat
nyiapin semuanya,sampai-sampai lupa ngabarin Kak Bona. Maaf ya Kak.”
“Terus aku gimana nasibnya? Mau pulang kemana nih?”
“Halo Bona”suara ibuku mulai terdengar”Bona,maaf sekali lagi. Ani membawa kunci
rumah sampai sini. Ibu sempat marah tadi. Tapi ibu udah ada ide sayang.”
“Ide apa Ma? Bona kedinginan di pinggir jalan ma. Bona Cuma bawa uang 50ribu
,baju Bona juga basah. Coba habis ini Bona telpon Citra buat ijin menginap ya.”
“Bona..Tadi Mama sudah telpon mamanya tunanganmu.”
“Angga Ma?”tanyaku heran
“Iya sayang. Siapa lagi? Mama minta ijin buat Bona tinggal di rumah Angga dulu
sementara waktu. Lagian mama Angga udah sangat dekat dengan mama. Nggak usah
khawatir Bona,di sana kamu bakal aman.Mama jamin. Tadi juga mama sudah telpon Angga
buat titip kamu.”
“Tapi Ma...”kucoba menyanggah. Namun tenggorokanku tiba-tiba kaku dan sakit
ketika hampir kuutarakan kalau aku sudah putus dengan Angga. Yah. Kuakui aku
sudah tunangan sama dia. Namun, aku nggak tahan sama sifat kekanak-kanakannya
yang tidak mau mengerti aku saat ngambek. Itu aja.
“Udah dulu ya Bona. Hp mama lowbat.”
tut tut tut
“Halo..halo..”
Huhuhu..kenapa?kenapa?
Siapa yang akan kuhubungi sekarang? Citra.
“Halo..Cit, tolongin gue..tolongin gue..hari ini gue nginep di rumah loe ya.
Masa gue ditinggal sendirian ke bali”
Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif
atau berada di luar jangkauan, silahkan coba beberapa saat lagi. Ah, gimana
ini?Sebel.
Cring
ponselku berbunyi, dari Angga.
“Bona, ibu loe tadi telpon nitip loe ke gue.”
15 menit aku masih berdiri di depan warung, dan Angga belum juga pergi dari
mobilnya
“Bona, loe baik-baik aja? Please jangan keras kepala disaat seperti ini. Ayo
pulang ke rumah. “
10 menit berlalu
“Gue jamin loe aman di rumah gue. Gue janji nggak ngapa-ngapain loe. Toh gue
masih sabar nunggu kita nikah”
hmm..gimana ya? Tadinya aku takut, tapi yaudah lah yang penting nyokap udah
tau, dan ada jaminan janjinya, soalnya emang sih selama ini, dia nggak pernah
melanggar janjinya.
Aku masuk ke mobil sedan warna putihnya. Dia tampak sangat sedih, dan ada bekas
air mata di pipinya.
“Bon,gue nyesel banget dulu udah pernah mutus loe, gue akui, gue sayang banget
sama loe. Gue bilang putus karena hasutan teman gue, emang gue bodoh.”
Dia mulai mengusap matanya dan aku hanya bisa menoleh ke arahnya.
“Selama ini, gue nggak pernah mengkhianati loe Bon. Gue khilaf maen PS
keterlaluan. Gue akui gue salah dan kekanak-kanakan” Mata sedihnya bertatapan
denganku,
Kami sudah sampai di garasi rumahnya.
“Gue..gue..beri waktu gue buat berpikir”
“Kamar loe diatas, di depan kamar gue. Yuk masuk”
Aku berjalan di belakang Angga menuju kamarku. Badanku menggigil kedinginan.
“Ngga,ini kamar gue?”tanyaku sambil menunjuk sebuah pintu kamar.
“Iya.”
“Hmmm..Ngomong-ngomong, rumahnya kok sepi banget?”
“Oiya,gue lupa sama loe kalo serumah lagi pergi ke acara pernikahan tante gue
di Balikpapan. Maaf baru kasih tau.”
Ha? Terus gue serumah sama Angga berdua? Yang bener aja?
“Loe masuk kamar loe dulu. Gue ambilin baju ganti punya mama gue, pasti cukup
buat loe. Nggak usah takut, gue nggak akan ngapa-ngapain loe. Nanti malam, kita
makan diluar aja,soalnya nggak ada makanan di rumah.”
“i..iya.”
Kumasuki kamar yang gelap, kunyalakan lampu kamar,sungguh kamar yang sangat
indah seperti kamar impianku. Kamar ini bergaya eropa dengan ukiran-ukiran
klasik di bagian sudutnya. Aku baru ingat, dahulu aku pernah bercerita pada Angga
kalau aku pingin banget punya kamar bergaya Eropa dan serba putih. Dan ini sama
persis di foto desain kamar yang aku pengen.
tok tok tok
“Bona, buka pintunya. Gue bawain baju ganti buat loe.”
Cklek
“Ni baju ganti buat loe. Cepetan mandi ya. Gue udah laper, habis ini kita
keluar beli makan.”
“Iya. Eh Ngga, kamar ini bagus.”
“Ini kado buat loe Bon, gue pengen ngewujudin impian loe.”
Glam..Angga pergi dan menutup pintunya.
Aku bergegas mandi dan mengenakan baju dari Angga. Hmm. Ternyata dia
meminjamkanku sebuah dress putih selutut dengan lengan sesiku dan ini adalah
piyama tidur. Aku tertawa kecil melihat baju ini. Masa mau keluar rumah pakai
baju ini. Ckckck. Dia pasti nggak tau kalau ini adalah baju tidur.
5 Menit kutunggu, tak terdengar suara ketukan pintu, aku beranikan diri
mengetuk pintu kamarnya.
Tok tok
“Angga..Ngga...loe di dalam?”
sing...tak terdengar suara. Aku takut dengan suasana ini. Sepi sekali.
Tiba-tiba..Gratak
Suara jendela balkon yang bertiup angin mengagetkanku, aku kaget setengah mati
dan kubuka pintu kamar di depan mataku. Ya ampun,sungguh tidak sopan masuk
kamar tanpa ketuk pintu. Kulihat Angga sudah mandi dengan rambut basahnya dan
masih memakai baju santainya di rumah.
“Gue kira loe udah siap, maaf gue masuk kamar loe tanpa ketuk pintu, tadi gue
kaget denger jendela balkon.”
“Iya nggak apa-apa Bon. Sini masuk. “
Aku duduk berjauhan darinya dan berdoa semoga tidak ada hal buruk menimpaku.
“Gue laper banget Bon. Ayo kita beli makan dulu.”
“Daripada beli, yuk kita buat makan malam sendiri. Gimana kalo nasi goreng? Loe
pasti suka.”kataku padanya
“Beneran Bon?” Angga bersorak kegirangan.
Aku melangkah ke dapur dengan Angga di sampingku. Aku segera menyiapkan bumbu
dan menggoreng nasi goreng kesukaannya. Trara..siap..Lalu kubuat 2 gelas susu
strawberry..
Gyuuurrr..Hujan lagi..Tiba-tiba pet..Lampu mati..
“AAAA.......gue takut.” Kumencengkeram tangannya dan tidak sengaja menginjak
kakinya.
“Maaf Ngga. Gue nggak sengaja.”
“Iya nggak apa-apa. Waduh mati lampu. Mana hujan gede kaya gini. Senter gue di
atas. Gimana kalo makan di atas aja?”
“Iya deh. Cepet naik, gue takut gelap.”
Kami membawa nasi goreng dan susu ke atas. Sampai di kamar, Angga menghidupkan
2 senter berbentuk lilin merah. Kami duduk bersebelahan di sofa klasiknya. Kami
menghabiskan nasi goreng dengan lahapnya.
“Hmmm..Enak banget Bon.”
Nasi goreng dan susunya habis ludes seketika. Dan akupun hendak meneguk susu strawberry itu, namun saat habis separo,
ada sesuatu keras mengenai ujung gigiku. Apa ini? Kumendekat arah sinar senter.
Cincin? Kupegang benda kecil berwarna silver dengan mata berkilau di tengahnya.
“Bona, mau nggak loe jadi milik gue selamanya?”tanya Angga padaku
Aku sangat kaget mendengar ini semua. Aku dilamar? Aku harus bilang apa?
“Gue..gue..tapi gue belum lulus kuliah Ngga.Loe juga belum kan?” jawabku grogi
“Gini Bona, sebenernya gue dari dulu udah kerja, kebetulan gue punya tambang
batu bara di Kalimantan. Dan loe tau Caffe
Lovera yang sering kita datangi? Itu juga pribadi milik gue. Tentang kuliah, g
ada masalah. Gue juga udah minta restu sama bokap nyokap loe dan hasilnya
boleh.”
“Tapi..gue belum siap Ngga..”Sungguh saat itu aku nggak menyangka bakal
dilamar.
Angga mencium bibirku di kegelapan ini, dan aku membalasnya.
“Iya. Gue mau Ngga..”
Yihaaaa....Angga menari Gangnam Style dan Harlem Shake.
“Makasih sayang. I love you.”
“I love you too” Kami saling berpelukan
Aku menangis karena terharu. Begitu lucu caranya melamarku. Seminggu setelah
itu, kami langsung menikah. Acara resepsi diadakan di halaman rumah Angga yang
sangat luas. Aku mengenakan gaun putih nan indah rancangan Vera Wang. Dan
kutahu kini, ayah dan ibunya telah lama pindah ke rumah di kompleks Mekar Sari
dan ini adalah hunian kami sekarang. Dan akhirnya,sebuah rahasia hidupku
terungkap, dia adalah jodohku, dia adalah Angga.
(by:Silvina Ratri)
0 komentar:
Posting Komentar