>

Sabtu, 28 Februari 2015

Flight Attendant



Bermula dari sebuah pertemuan tak terduga.
Hom Pim Pa..hap.. Mike kalah.”Mike loe harus kenalan sama junior yang lewat depan kelas.”
“Ah. Gue nggak mau.”
“Itu tuh. Dek, sini.” Yopi menarik tangan Kia ke depan kelas XII IPA 2.
“Apaan sih Kak?” Kia merasa malu menembus kawanan kakak kelas.
“Cepet kenalan dulu sama dia.” Kak Yopi menyuruh seorang senior berkenalan dengan Kia. Dia seorang cowok imut, kulitnya putih, tidak begitu tinggi. Kia tersenyum malu melihat kearah cowok itu. Cowok itupun terlihat malu-malu. Ia mengawali dengan mengulurkan tangan ke arah Kia.
“Mike.”
Kia membalas jabatan tangan Mike.
“Kia.”
Kia berlari ke kelasnya. “Tau nggak Hima?? Gue malu banget tadi. Masa Kak Yopi narik gue buat kenalan sama Kak Mike.”Kia menutup wajah merahnya.
“Ha? Yang bener? Mana orangnya?” Hima keluar kelas menengok ke arah kelas XII IPA 2. “Yang mana?” Tanya Hima lagi.
“Itu yang lagi duduk bersandar di tembok.”
“Oh yang itu, lumayan juga tuh Kia. Dia minta nomor HP elo nggak?”
“Nggak.”
“Hmmm. Harusnya dia minta nomer HP elo. Kayaknya sih, menurut feeling gue, elo bakal ada suatu hubungan sama dia.”
“Haha. Masa? Sok peramal loe!” Kata Kia tertawa lebar.
“Eh dari tadi dia lihatin elo lho. Serius deh.”
Kia menengok ke arah Kak Mike. Tatapan mata mereka berdua beradu.
“Tuh kan muka elo merah?” Kata Hima
“Ini kena matahari Him.”
----
Hujan malam ini terasa segar mengguyur jendela rumah Kia. Kia duduk di depan TV menonton reality show kesukaannya yaitu On The Spot .Hpnya berdering keras. Ia mengambil hp poliponik miliknya.
“Malam Kia. Lagi apa?”
“Siapa?”Balas Kia pada orang yang belum ia kenal.
Kia sholat Isya dan duduk di depan TV lagi. Hp Kia berbunyi lagi. “Ini Mike.”
Kia tersenyum melihat sms dari Mike. Kia berpikir kenapa Mike bisa mendapat nomor Kia.
“Lagi nonton TV aja. Mike siapa ya?”
“Mike yang tadi siang.”
“O. Kak Mike? Dapat nomorku dari siapa Kak?”
“Dari temen. Ganggu nggak ya?”
----
“Tadi malem Kak Mike sms gue Him.”
“Wah wah. Beneran? Serius? Berarti bener dong ramalan singkat gue. Lucu kan kalau elo sama Kak Mike bisa menikah?”
Kia melongo dengar ucapan Hima. “Hey. Sadar elo. Gue masih 16 tahun. Masih kelas X. Masih ingusan, belum bisa masak dan belum bisa wujudin tekad masuk IPA. Gue belum punya KTP, belum punya SIM juga”
“Siapa juga yang bilang loe harus nikah sekarang sama dia?”
“Elo.” Haha. Kadang Kia tertarik dengan ucapan Hima. Ucapan kemarin nggak meleset. Kia terus berpikir. “Bisa aja Kak Mike sms gue karena taruhan atau dia cuma iseng atau dia cuma mau temenan?”
“Idih. Jaman sekarang kalau cowok sms kayak gitu artinya ada maksud. Maksud PDKT. You know what?”
---
Kia sangat menyukai Friendster-an. Dia suka update setiap waktu. Kak Mike meng-add FSnya dan mereka sering berkiriman pesan. Lama-kelamaan mereka saling dekat.
“Kia, nanti habis pulang sekolah, tungguin gue di gerbang sekolah ya. Gue mau ajak loe ngomong sesuatu.”
“Ngomong apa Kak? Oke.”
“Loe nggak bawa motor kan?”
“Nggak Kak.”
---
Sepulang sekolah, Kia menunggu Kak Mike di depan gerbang. Ia masih menggunakan seragam khas kotak-kotaknya. Sudah satu jam berlalu, Kia mulai bad mood menunggu lama. Menunggu adalah hal yang paling dibenci oleh Kia.
“Kak Mike dimana? Jadi nggak?”
“Sebentar Kia. Gue otw hampir sampai di SMA.”
Habis ini gue mau ngomong apa sama Kak Mike? Terus mau jalan-jalan naik angkot apa andong? Hujan gerimis membasahi jalanan. Aduh. Gue lupa bawa payung. Udah kebiasaan bawa motor, ingetnya bawa mantol aja.
---
Mike menjemput Kia menggunakan mobilnya. Kia bahkan tidak tau kalau Mike bakal bawa kendaraan. Kia udah nengokin angkot di depan pintu.
“Masuk Ki.”
Kia dan Mike terlibat pembicaraan kikuk. Kia dan Mike membeli nasi goreng dan susu cokelat hangat. Kia bahkan bingung siapa yang akan membayar. Kia lagi bokek karena uang sakunya pas-pasan dan ia juga malu kalau dibayarin. Mike akhirnya membayarkan untuk kali ini.
---
Kia dan Mike akhirnya dekat. Dari semula bahasan konyol, mereka semakin akrab layaknya sepasang kekasih. Hingga penghujung tahun, tiba saatnya UAN untuk kelas XII. Mike lulus dengan prestasi memuaskan. Ia dapat peringkat 10 besar di sekolah. Mike diterima di Universitas Puan. Sebuah Universitas kuno dengan gaya arsitektur Candi Borobudur. Mike mengambil jurusan Hubungan Internasional. Dia memang jago dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain.
“Kia. Gue pamit dulu. Gue udah diterima di Universitas Puan di Jakarta. Kita bakal jauh ya. Sebelumnya, gue mau ungkapin sebuah  hal yang gue nggak pingin elo jawab. Jawab gue 5 tahun lagi. Gue sayang sama elo.”
“Iya Kak. Hati-hati. Semangat buat kuliahnya. Gue di sini doain yang terbaik buat Kak Mike. Doain gue masuk jurusan IPA ya Kak. Kia bakal belajar keras biar bisa ngejar kesuksesan kakak.”
---
Dear Diary
Poin 1. Tahun ini, gue masuk jurusan IPA. Ngeselin apa nyenengin nih? Nyenengin karena gue bisa ketemu pelajaran Biologi dan ngeselin karena gue nggak suka pelajaran Kimia dan Fisika. Gue masih bisa tetep hidup without study that. Lihat aja 5 tahun ke depan. Apa yang gue katakan pasti terwujud.
Poin 2. Belajar pelajaran IPA dengan sepenuh hati. Beban yang gue rasakan saat belajar di SMA favorit setara dengan menaruh batu bata di atas kepala gue. Gue cuma anak pas-pasan. Ranking gue seperti tarzan yang goyang-goyang di pohon. Di tengah-tengah terus. Kata Hima, gue nggak pintar tapi nggak bodo.
---
Sampai saat kelas XII, Kia bingung mau nglanjutin kuliah apa nggak? Biaya kulaih tergolong mahal dan orangtua Kia khawatir dengan masalah keuangan di keluarganya.
“Ibu, Kia nggak mau kuliah. Kia udah mantapkan hati buat jadi masuk sekolah pramugari. Kia udah daftar Bu. Kebetulan masih ada cadangan keuangan dari kakak.”
“Apa kamu mantap Kia?”
“Iya Bu. Kia mantap mau daftar di sana.”
“Kia nggak takut sama banyaknya kejadian pesawat jatuh?”
“Takut mungkin iya, tapi Kia udah bertekad Bu. Ibu doain Kia jadi pramugari yang hebat ya.”
---

Kia diterima di sekolah penerbangan di Yogyakarta. Ia mengikuti pelatihan selama 1 tahun dan ia bisa langsung terbang.
Kia saat ini dekat dengan seorang pengusaha bernama Deas. Kia mencoba menerima perasaan Deas. Namun lain di hati Kia. Kia tidak merasakan apapun seperti orang sedang jatuh cinta. Ia merasakan hal biasa saat jalan bersama Deas. Kia pun memutuskan hubungan setelah jalan 1 tahun. Kia sempat dekat dengan seorang penerbang Cendrawasih Airlines. Kia lagi-lagi merasa tidak cocok dan putus begitu saja, padahal mereka hanya bertatap muka 3 kali dan yang terakhir kalinya adalah ucapan selamat tinggal dari Peter .
---
Kia mendapat penerbangan domestik. Kali ini, ia pindah ke Jakarta.Kia tinggal di asrama pramugari di kawasan Jakarta Selatan. Kia ditugaskan selama 1 tahun di Jakarta.
Entah kenapa Kia merasa sepi hari ini. Ia liburan selama 2 minggu. Nothing to do. Ia hanya duduk santai di kamar asramanya.
----
Jaman Friendster sudah punah berganti ke jaman Facebook. Kia tanpa sadar membuka profil Mike dan ia melihat status hubungannya lajang. Kia iseng miss call ke nomor Mike.
Tuttt Tutt Tuuuutt. Ternyata nomor yang dulu masih aktif nih. Gue membayangkan wajahnya saat tersenyum, lucu sekali. Bikin kangen.
Cringg..Cringg..Cringg.. Ponsel Kia bordering. Telepon masuk dari Mike.
“Halo..Siapa ya?”Tanya Mike dari seberang.
“Ini..Ini Kia kak.”
“Oh Kia. Ada apa? Tumben telepon?”
“Hmm..Cuma mau mastiin nomor Kak Mike aktif. Kia lagi menghapus kontak nomor di hp Kak.”
“Terus?”
“Masih aktif jadinya Kia nggak menghapus kontak Kak Mike.”
“Kamu gimana kabarnya?”
“Baik Kak. Ini gue lagi di Jakarta.”
“Jakartanya mana? Kia lagi ngapain? Hari ini ada acara nggak?”
“Ini lagi duduk aja di asrama Kak. Nggak ada. Lagi nggak ada jadwal penerbangan hari ini.”
“Gue ajak cari makan mau nggak? Kia kirim alamat asramanya nanti gue jemput jam 15.00.”
“Baik Kak. Ini. Jalan MH.Thamrin no 7 Jakarta Selatan Kak. Samping Lotte Mall.”
---
“Kia turun sekarang. Gue udah di bawah.”
Kia turun menuju tempat Mike duduk.
“Kak Mike.” Mike hanya tertegun memandang Kia.
“Hmm.Udah lama nggak ketemu Kia.” Mike mengajak Kia makan di foodcourt di Lotte Mall. Mereka memesan Ramyun Noodle. Obrolan ringan mengenai pekerjaan masing-masing. Sempat beberapa kali mereka tertawa lepas.
“Kia sekarang tambah cantik.” Mike memandangi wajah Kia.
“Kia mau bilang apa kalau Kak Mike bilang gitu?”
“Kia masih tetap sama seperti 5 tahun yang lalu.”Kia tersenyum simpul mendengar ucapan Mike.
“Kia, gue mau nagih jawaban dari pertanyaan gue dulu.”
“Pertanyaan apa ya?”
“Mau nggak loe jadi cewek gue?” Kia kaget mendengar pertanyaan spontan Mike. Senang namun bingung mau menjawab apa.
“Gue..Gue..apa harus jawab sekarang Kak?”
Mike berlari ke atas panggung dan mengambil mic . “Kia. Gue sayang sama elo udah lebih dari 5 tahun yang lalu. Elo cewek pertama yang gue suka dan gue berharap elo cewek terakhir yang gue miliki. Gue serius sama elo. I love You Kia. Mau nggak elo jadi pendamping gue?”
“Terima..Terima.” Sorakan dari pegunjung di sekitar mereka.
Kia berdiri dan berteriak “Iya.” Ini lamaran apa nggak sih?
Mike menghampiri Kia dan mengaitkan cincin akik itu. Kia kaget melihat bentuk cincin itu. Kia menyembunyikan tangannya setelah memakai cincin emas bermata batu akik putih bening. Ia mulai tertawa terbahak-bahak.
“Kenapa elo ketawa Kia?”
“Kak Mike suka batu akik?”
“Iya. Gue koleksi batu akik di rumah, tapi batu itu nggak mudah gue dapetin. Itu batu akik gue beli jauh-jauh ke Pulau Nusakambangan. Itupun udah gue pastiin umur batunya udah 1000 tahun. Gue jamin keasliannya. Warna putih bening ini nunjukin perasaan gue ke elo.”
“Kia terima Kak.”
Mike mengatakan secepatnya akan mengenalkan Kia ke orangtuanya.
---

Sebulan setelahnya, Mike dan Kia bertunangan. Kia merasakan degub jantungnya semakin cepat seperti pacuan kuda.
“Kak Mike, besok gue terbang ke Palembang. Mau oleh-oleh apa?”
“Kerupuk Palembang jangan lupa.”
Mike menjatuhkan Hpnya tanpa sadar. Layar HP retak menjadi dua, tepat di tengah foto mereka berdua. Sedetik kemudian, ia merasakan ada hal yang aneh di pikirannya. Sebuah firasat buruk.
---
Cuaca hari ini cerah sekali. Ramalan cuaca kali ini tidak tepat sama sekali. BMKG meramalkan akan terjadi hujan es dan angin puting beliung.
Pesawat Cendrawasih Airlines segera take off. Mike berdoa tanpa henti demi keselamatan calon istrinya. Berharap ia akan pulang dengan selamat.
“Apa seperti ini rasanya menyayangi seseorang? Gue khawatir terus kalau dia terbang. ”
---
MSC TV menyiarkan berita kecelakaan pesawat yang menimpa pesawat Cendrawasih Airlines rute Jakarta-Pelembang, 159 korban selamat dan mengalami luka ringan dan 5 orang dinyatakan hilang. 5 orang itu salah satunya adalah Kia. Melihat berita tersebut, Mike jatuh pinsan. Ia benar-benar kehilangan arah tujuannya.
---
Satu minggu berlalu
“Makan dulu Mike. Kalau kamu begini terus, kamu bisa sakit Nak.” Ibu Mike menangis
“Mike pingin ketemu Kia... Ma”
“Mike..please jangan keras kepala. Mama khawatir sama kamu. Kia pasti selamat”
---
 Kringg kringg kringg
HP Mike berbunyi.
“Iya halo.” Mike mendengarkan suara putus-putus dari sana
“Kak Mike? Ini K...”
“Haloo..siapa? Sebentar gue cari sinyal dulu”
“Ini Kia Kak.”
“Kia?” Raut wajah Mike berubah
“Iya Kia Kak. Kia sekarang di Palembang Kak. Kia selamat, tapi belum bisa pulang. Kia sementara tinggal di rumah penduduk. ”
“Dimana Kia? Keadaan Kia bagaimana sekarang?”
“Kia baik-baik saja Kak. Kia menyelamatkan diri pakai parasut. Parasutnya kebawa sampai pelosok desa Kak. Disini jauh dari perkotaan. Butuh waktu 12 jam menuju perkotaan Palembang.”
“Desa apa Kia? Walaupun sulit dijangkau, gue pasti bisa nyampe sana. Untunglah masih ada sinyal”
---
Hari ini juga Mike memesan tiket pesawat ke Palembang. Sampai di Palembang, ia naik bis ke terminal Boga. Kemudian naik angkudes sampai Desa Kauman. Setelah itu naik sepeda motor diantar oleh ojek sampai Desa Kidung. Selanjutnya menyeberang jembatan tali yang hampir roboh ke Desa Jati. Di Desa Jati itulah Kia terdampar.
Hari berubah gelap. Semalaman ini Mike terpaksa menginap di rumah penduduk karena perjalanan masih panjang. Mike harus menempuh jalan berbatu sejauh 6 km untuk sampai ke rumah Ibu Kaori. Akses jalannya hanya menggunakan jalan kaki.
---
Subuh subuh, Mike berangkat jalan kaki ditemani oleh Pak Lumo.
“Terima kasih Pak.”
“Sepertinya kita hampir sampai.”
Setelah berjalan jauh tanpa henti, Mike sampai di sebuah rumah bambu. Ia melihat seorang ibu tua sedang duduk di depannya mengobrol dengan seorang wanita muda. Ia Kia. Mike mengerahkan seluruh tenaga untuk berlari ke arah Kia. Mike memeluk Kia dengan erat sambil menangis.
“Kia. Gue khawatir banget sama elo. Gue shock denger ada kecelakaan pesawat kemarin. Gue takut elo pergi dari gue. Gue pengen elo berhenti terbang. Gue tau elo bidadari yang bisa terbang, makanya gue sita sayap elo.”
“Iya. Kia bakal berhenti terbang. Kia bakal minta ditempatin jadi Flight Attendant Instructur dan nggak terbang lagi Kak”
“Janji ya?” Mike pinsan di pelukan Kia. Ia sangat kelelahan karena ia belum sepenuhnya pulih dari sakitnya.
---
Tersadar dari pinsan, Mike merasa sudah baikan. Ia mengerahkan kemampuannya untuk pulang ke Jakarta. Mike dan Kia mengucapkan banyak terima kasih untuk Pak Lumo, Ibu Kaori dan semua orang yang sudah membantu mereka.
---
Sampai di Jakarta, Mike kembali ke rumahnya.
“Ma, Mike mau nikah sama Kia bulan ini”
Mike menggandeng Kia di depan ibundanya. Ibunda Mike memeluk Mike dan Kia. Beliau menangis haru.
“Baru kali ini Mike. Mama melihat keajaiban di depan mata Mama. Lihat, dia masih hidup adalah suatu keajaiban. Kalian dipertemukan kembali setelah perpisahan yang mengharukan.”
---

Hari Pernikahan tiba. Mike mengucapkan janji suci kepada Kia di depan orangtua Kia dan Ibunda Mike.
“Kia. Kak Mike. Gue terharu melihat kalian. Benar kan akhirnya elo menikah sama Kak Mike. Tebakan gue emang bener.” Hima menghampiri Mike dan Kia.
“Ah. Cuma kebetulan aja Him” Tawa Kia meledak
“Kak Mike. Kia itu sahabat gue yang paling manis, baik, pengertian dan sangat setia kawan. Gue titipin Kia sama Kak Mike. Hmm,,tapi Kak Mike harus jawab pertanyaan gue. Seberapa besar Kak Mike sayang sama Kia? Jawab jujur” Hima mengoceh panjang lebar di depan Mike. Kia hanya memelototi Hima memberi kode untuk diam.
“Sebesar ini dan bahkan lebih.” Mike mencium kening Kia. Kia sangat malu. Apalagi dilakukan di depan sahabatnya.
Hima tertawa lebar dan ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.”Hehe. Gue percaya sama Kak Mike. Jaga Kia ya.” Hima menghampiri Kia” Jangan lupain gue. Habis nikah, loe harus boleh hangout ama gue. Awas kalau Kak Mike nggak ngebolehin” Hima mengacam Mike dengan kepalan tangannya.
“Hima, ngapain kamu disitu?” Tanya Andre manggandeng Hima. Andre adalah tunangan Hima. “Maaf ya mengganggu waktu kalian.” Ia pamit undur diri membawa Hima pulang.
Kia berhenti menjadi seorang flight attendant. Ia sekarang menjadi flight attendant instructur di sebuah sekolah pramugari di Jakarta. Mike merasa senang Kia sudah tidak terbang lagi. Ia tidak perlu khawatir lagi dengan keselamatan Kia. They live happily ever after


(by: Silvina Ratri)

Sebuah Rahasia


       
Aku adalah seorang yang selalu kalah didalam hidupku. Kegagalan disetiap ujung jalan yang kutempuh, rasa sakit yang dihadiahkan kepadaku. Tangis disela tawa palsuku. Cewek kuat begitu yang mereka bilang padaku. Sebenarnya kenyataan menunjukkan tidak demikian, karena aku terbiasa menyeting wajahku, postur tubuhku dan semangatku sedemikian rupa sehingga semua orang melihat coverku yang sekuat besi.
“Bona ,loe nggak pernah nangis ya. Gue salut sama elo. Beda banget sama gue. Ibarat kata gue seperti ranting pohon dan loe batang pohon,beda banget. Apa sih rahasianya? Gue pengen banget tau.” kata seorang cewek yang agak gemuk,namun tidak mengurangi pancaran inner beautynya. Tidak lain dan tidak bukan,dia adalah Citra.

“Huhhff..entahlah Cit. Mungkin gue terinspirasi dari tokoh Wonder Women yang strong luar dalam.Hehe.”kataku sambil melahirkan naskah cerpen ketiga.
Semoga kali ini,naskahku akan dimuat dan aku bisa menjadi seorang penulis. Tunggu dulu..Aku memang bibit penulis terkenal, namun memang cerpenku belum waktunya menetas ke tangan para penggemarku. Begitu keyakinanku setiap kali menulis. Tulisan adalah teman sejatiku. Disaat aku sedih, aku menulis, saat bahagia aku menulis dan terutama saat aku galau dengan kisah cinta masa sekarang yang lebaynya minta ampun. Kuakui kisah cinta anak muda jaman sekarang nggak seromantis dulu, buktinya ada waktu aku lihat film bang Rhoma Irama yang romantis banget. Di film itu diceritakan bang Rhoma Irama menyanyikan lagu dangdut buat pacarnya,ciptaan sendiri pula. Berbeda dengan anak muda jaman sekarang yang nyanyiin lagu orang lain. Bukti kuat lainya yaitu pada film Habibie Ainun yang memecahkan rekor karena ditonton 3 juta orang 1 harinya. Dalam film itu, aku melihat 2 pasang sejoli yang saling mengasihi, tanpa adanya adegan ngambek-ngambekan saat masa pacaran. Bahkan saat Habibie berkata kepada Ainun “Ainun, kamu jelek ,item ,kaya’ gula jawa”, Ainun tidak marah seperti kebanyakan cewek jaman sekarang, dia cuma tersenyum, juga tekhnologi yang belum maju saat itu membuat Ainun berkomunikasi dengan surat. Rasanya romantis banget,berbeda dengan sekarang yang memakai sms, sekali kirim bisa langsung dihapus. Semua yang klasik memang menyenangkan.
“Bona,pasti deh kalau loe lagi nulis,ujung-ujungnya kaya dunia Cuma milik loe sama lepi loe.”sahut Citra sambil memegang tanganku mencoba membangunkanku dari semua inspirasi yang masuk perlahan ke otakku.
“Eh,Cit. Tadi loe ngomong apa ya?”tanyaku memecahkan keheningan inspirasi yang lagi mekar-mekarnya.
“Ah,elo. Udah ketelen sama roti ni.” ucap Citra sambil mengunyah roti cokelat digenggaman tangannya.

“Ya ampun Cit. Loe udah habis berapa sih? Dari tadi makan roti cokelat melulu.”

“Baru 3 bungkus Bon. Lumayan ni rotinya enak. Gue tertarik sama bentuknya,kebetulan juga toko roti di seberang sono tuh lagi ada promo beli 2 dapat 3. Wkwk.”kata Citra dengan mulut penuh roti ”Uhuk..uhuk.” Gumpalan roti cokelat itu melayang ke novel yang ada di meja taman tempatku mengetik. Serombongan anak muda yang lagi nongkrong tak jauh dari tempatku duduk mengarahkan pandangan ke arah kami.

“Citra,,pelan-pelan..”sembari ku menyodorkan air putih dalam botol minum tupperware pinkku.
Sesaat kemudian Citra kembali tersenyum,”Hehe.Udah-udah Bon.”Habis sudah persediaan air minumku. Aku membayangkan,andaikan aku dan Citra sedang di Gurun Gobi,dan kami melakukan perjalanan jauh hanya dengan satu botol air minum,pasti deh satu botol itu yang jadi harta karunnya. Udah dulu deh lamunannya. Terlalu banyak inspirasi membuat pikiranku berantakan seperti novel-novel yang berserakan di depan mataku.
“Bon,gue cabut dulu ya. Gue mau ada kuliah dadakan. Ni dah disms terus sama Antonie.”
“Ye elah. Kabur aja loe. Nih gumpalan cokelat loe mau dikasih ke gue?”tanyaku memanggilnya
Kuambil sebuah novel yang baru kubeli di Gramedia. Gumpalan cokelat itu mendarat tepat di cover novel baruku yang masih perawan. OMG.Masalah ini harus segera kuatasi. Kusave naskah cerpenku. Kemudian kumatikan netbook putih kesayanganku, kumasukkan ke dalam tas rangsel berbahan jeans. Trara. Kutenteng novel ke wastafel umum di pojok taman. Lap berbahan tissue dari dalam sakuku meluncur membersihkan gumpalan jorok hadiah dari CitraMarabunta.SekarangterlihatjudulHujan.tes..tess..tesss...gyurrr..

Hujan turun mendadak. Ah BT amat sih. “Hei hujan,nggak tau apa kalo gue bawa netbook. Kalo gini kan jadi susah,mana gue nggak bawa payung.”
Kuberlari sekuat tenaga berlindung ke arah pohon Mahoni yamg letaknya agak jauh disana. Saat berlari, aku terpeleset dan membuat bajuku basah terkena lumpur. Dan aku pikir. Bad day. Mungkin gara-gara novel payah digenggaman tanganku.
Seseorang menerobos hujan dengan payung hitam di genggaman tangannya. Dia mendekat,mendekat dan semakin dekat denganku. Terlihat wajah tampannya,tak sesuai dengan tingkahnya yang amat menyebalkan akhir-akhir ini. Siapa lagi kalau bukan sahabat sejatiku yang sekarang statusnya adalah mantan pacarku. Cerita singkatnya,aku lagi BT abis sama alien ini yang hobi main PS sampain lupa waktu dan dia nggak nganterin gue ke acara nikahan sepupuku. Aku malu banget sama keluarga besarku. Aku bilang Angga mau datang dan mau aku kenalin ke mereka semua, tapi ia tidak mengangkat telepon. Akhirnya,demi menyelamatkan reputasiku yang terbina sekokoh tembok Cina, kata PUTUS pun meloncat dengan beratnya kepada cowok yang umurnya 1 tahun dibawahku.Walaupun hubungan kami sudah berjalan lamanya 2 tahun. Dia teman sekelasku dan membuatku marah hebat saat melihat mukanya setiap hari.
“Bona. Sini Bon. Loe ngapain sih lari-lari kaya’ diuber maling?”tanya Angga sembari memayungiku dan menolongku berdiri

“Apaan sih elo, gue bisa jalan sendiri. Kaya’ anak TK aja dijemput segala.”kataku sedikit bernada tinggi.”aduh duh duh.Punggung gue.”erangku saat mencoba berdiri. Begini nih efek sampingnya kalau menghabiskan 6 jam standby tanpa istirahat di depan laptop.

“Udah lah. Sampai kapan loe mau pura-pura judes sama gue. Gue yakin loe masih sayang sama gue.”

Lalu dia memapahku menuju ke mobil sedan tak jauh dari taman.Aku hanya pasrah karena aku nggak mampu berdiri tegak,sepanjang jalan aku hanya membungkukkan badan menatap jendela mobil yang basah diguyur hujan yang tak kunjung reda.

“Loe baik-baik aja Bon?”tanya Angga sembari sesekali menengok ke arahku untuk memastikan keadaanku. Aku ngrasa males banget ngejawab pertanyaannya. Sesaat kemudian,aku merasa sangat lelah,dan kurasakan tubuhku nyaman sekali masuk ke sebuah rumah yang hangat,nyaman,dan disana aku berdua sedang tertawa bersama dengan seorang cowok. Kurasakan nyaman bersandar dibahunya. Kami mengenakan baju putih dan duduk di teras penginapan bernuansa Pulau Dewata. Di jari manis kami,terpasang cincin emas polos tanpa mata. Di setting tersebut kami sedang memadu cinta karena kami sedang berbulan madu. Kulihat cowok itu memalingkan wajah ke arahku. Dia sudah tidak asing lagi bagiku,karena dia adalah Angga. Sesaat kemudian dia memegang daguku,lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku lalu sedetik kemudian bibirnya bertemu dengan bibirku. Kurasakan sensasi aneh disana. Semua kesedihanku perlahan terhapus, kebahagiaan perlahan berbinar dan..
Kubuka mata. Aku masih di mobil Angga. Huh. Seperti biasa beberapa bulan ini,aku sering tertidur di mobilnya sampai lama, sering kali aku ditinggal sendiri bersama 1 botol teh hijau madu dan snack kentang kesukaanku. Namun kali ini lain, saat pertama kubuka mata,dia terlambat menghindar saat kutahu dia mencium bibirku. Wajahku semakin marah dan marah mengetahui dia mencuri ciuman berhargaku.

“Angga,gue benci sama loe.”ucapku padanya.”Gue mau turun di sini”

Mempercayai orang ini memang suatu hal bodoh. Biarkan saja bajuku basah, laptopku juga basah,yang penting aku harus cari taksi buat pulang ke rumah. Saat aku sudah turun dari mobilnya,dia tak kunjung pergi.


Kring Kringg

Hpku berbunyi. Aku berteduh di depan warung untuk mengangkat telpon dari adikku,Ani.

“Halo An. Ada apa?”

“Halo kak,kakak dimana?”

“Lagi berteduh di depan warung nih An.Sampaiin ijin ke mama kalau kakak telat pulang. Ini lagi nunggu taksi mau pulang.”
“Kak,maaf kak,Ani sekarang lagi ke Bali dadakan sama Papa,Mama,om Robi sama tante Yeni. Ani udah nyampai Surabaya Kak. Maaf sekali lagi kak,kunci rumahnya kebawa. Mbok Supiyem juga ikut ke Bali Kak.Jadi di rumah nggak ada siapa-siapa.”
“Ha? Kok nggak nunggu aku pulang sih?”kataku heran
“Habis Papa dapat tawaran dadakan dari om Robi sih,katanya ini syuting perdana Mancing Mania Kak. Jadi tadi habis ditelpon om Robi,Papa sama Mama kelabakan mempersiapkan barang yang dibawa. Soalnya cuma ada waktu setengah jam buat nyiapin semuanya,sampai-sampai lupa ngabarin Kak Bona. Maaf ya Kak.”
“Terus aku gimana nasibnya? Mau pulang kemana nih?”
“Halo Bona”suara ibuku mulai terdengar”Bona,maaf sekali lagi. Ani membawa kunci rumah sampai sini. Ibu sempat marah tadi. Tapi ibu udah ada ide sayang.”
“Ide apa Ma? Bona kedinginan di pinggir jalan ma. Bona Cuma bawa uang 50ribu ,baju Bona juga basah. Coba habis ini Bona telpon Citra buat ijin menginap ya.”
“Bona..Tadi Mama sudah telpon mamanya tunanganmu.”
“Angga Ma?”tanyaku heran
“Iya sayang. Siapa lagi? Mama minta ijin buat Bona tinggal di rumah Angga dulu sementara waktu. Lagian mama Angga udah sangat dekat dengan mama. Nggak usah khawatir Bona,di sana kamu bakal aman.Mama jamin. Tadi juga mama sudah telpon Angga buat titip kamu.”
“Tapi Ma...”kucoba menyanggah. Namun tenggorokanku tiba-tiba kaku dan sakit ketika hampir kuutarakan kalau aku sudah putus dengan Angga. Yah. Kuakui aku sudah tunangan sama dia. Namun, aku nggak tahan sama sifat kekanak-kanakannya yang tidak mau mengerti aku saat ngambek. Itu aja.
“Udah dulu ya Bona. Hp mama lowbat.”
tut tut tut
“Halo..halo..”
Huhuhu..kenapa?kenapa?
Siapa yang akan kuhubungi sekarang? Citra. 
“Halo..Cit, tolongin gue..tolongin gue..hari ini gue nginep di rumah loe ya. Masa gue ditinggal sendirian ke bali”
Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, silahkan coba beberapa saat lagi. Ah, gimana ini?Sebel. 
Cring
ponselku berbunyi, dari Angga. 
“Bona, ibu loe tadi telpon nitip loe ke gue.”
15 menit aku masih berdiri di depan warung, dan Angga belum juga pergi dari mobilnya
“Bona, loe baik-baik aja? Please jangan keras kepala disaat seperti ini. Ayo pulang ke rumah. “
10 menit berlalu
“Gue jamin loe aman di rumah gue. Gue janji nggak ngapa-ngapain loe. Toh gue masih sabar nunggu kita nikah”
hmm..gimana ya? Tadinya aku takut, tapi yaudah lah yang penting nyokap udah tau, dan ada jaminan janjinya, soalnya emang sih selama ini, dia nggak pernah melanggar janjinya.
Aku masuk ke mobil sedan warna putihnya. Dia tampak sangat sedih, dan ada bekas air mata di pipinya. 
“Bon,gue nyesel banget dulu udah pernah mutus loe, gue akui, gue sayang banget sama loe. Gue bilang putus karena hasutan teman gue, emang gue bodoh.”
Dia mulai mengusap matanya dan aku hanya bisa menoleh ke arahnya.
“Selama ini, gue nggak pernah mengkhianati loe Bon. Gue khilaf maen PS keterlaluan. Gue akui gue salah dan kekanak-kanakan” Mata sedihnya bertatapan denganku,

---
Kami sudah sampai di garasi rumahnya.

“Gue..gue..beri waktu gue buat berpikir” 

“Kamar loe diatas, di depan kamar gue. Yuk masuk”
Aku berjalan di belakang Angga menuju kamarku. Badanku menggigil kedinginan. 
“Ngga,ini kamar gue?”tanyaku sambil menunjuk sebuah pintu kamar.
“Iya.”
“Hmmm..Ngomong-ngomong, rumahnya kok sepi banget?”
“Oiya,gue lupa sama loe kalo serumah lagi pergi ke acara pernikahan tante gue di Balikpapan. Maaf baru kasih tau.”
Ha? Terus gue serumah sama Angga berdua? Yang bener aja?
“Loe masuk kamar loe dulu. Gue ambilin baju ganti punya mama gue, pasti cukup buat loe. Nggak usah takut, gue nggak akan ngapa-ngapain loe. Nanti malam, kita makan diluar aja,soalnya nggak ada makanan di rumah.”
“i..iya.”
Kumasuki kamar yang gelap, kunyalakan lampu kamar,sungguh kamar yang sangat indah seperti kamar impianku. Kamar ini bergaya eropa dengan ukiran-ukiran klasik di bagian sudutnya. Aku baru ingat, dahulu aku pernah bercerita pada Angga kalau aku pingin banget punya kamar bergaya Eropa dan serba putih. Dan ini sama persis di foto desain kamar yang aku pengen.


tok tok tok

“Bona, buka pintunya. Gue bawain baju ganti buat loe.”

Cklek
“Ni baju ganti buat loe. Cepetan mandi ya. Gue udah laper, habis ini kita keluar beli makan.”
“Iya. Eh Ngga, kamar ini bagus.”
“Ini kado buat loe Bon, gue pengen ngewujudin impian loe.”
Glam..Angga pergi dan menutup pintunya.
Aku bergegas mandi dan mengenakan baju dari Angga. Hmm. Ternyata dia meminjamkanku sebuah dress putih selutut dengan lengan sesiku dan ini adalah piyama tidur. Aku tertawa kecil melihat baju ini. Masa mau keluar rumah pakai baju ini. Ckckck. Dia pasti nggak tau kalau ini adalah baju tidur.


5 Menit kutunggu, tak terdengar suara ketukan pintu, aku beranikan diri mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok

“Angga..Ngga...loe di dalam?”
sing...tak terdengar suara. Aku takut dengan suasana ini. Sepi sekali.

Tiba-tiba..Gratak

Suara jendela balkon yang bertiup angin mengagetkanku, aku kaget setengah mati dan kubuka pintu kamar di depan mataku. Ya ampun,sungguh tidak sopan masuk kamar tanpa ketuk pintu. Kulihat Angga sudah mandi dengan rambut basahnya dan masih memakai baju santainya di rumah. 

“Gue kira loe udah siap, maaf gue masuk kamar loe tanpa ketuk pintu, tadi gue kaget denger jendela balkon.”

“Iya nggak apa-apa Bon. Sini masuk. “
Aku duduk berjauhan darinya dan berdoa semoga tidak ada hal buruk menimpaku. 
“Gue laper banget Bon. Ayo kita beli makan dulu.”
“Daripada beli, yuk kita buat makan malam sendiri. Gimana kalo nasi goreng? Loe pasti suka.”kataku padanya
“Beneran Bon?” Angga bersorak kegirangan. 
Aku melangkah ke dapur dengan Angga di sampingku. Aku segera menyiapkan bumbu dan menggoreng nasi goreng kesukaannya. Trara..siap..Lalu kubuat 2 gelas susu strawberry..
Gyuuurrr..Hujan lagi..Tiba-tiba pet..Lampu mati..
“AAAA.......gue takut.” Kumencengkeram tangannya dan tidak sengaja menginjak kakinya.
“Maaf Ngga. Gue nggak sengaja.”
“Iya nggak apa-apa. Waduh mati lampu. Mana hujan gede kaya gini. Senter gue di atas. Gimana kalo makan di atas aja?”
“Iya deh. Cepet naik, gue takut gelap.”
Kami membawa nasi goreng dan susu ke atas. Sampai di kamar, Angga menghidupkan 2 senter berbentuk lilin merah. Kami duduk bersebelahan di sofa klasiknya. Kami menghabiskan nasi goreng dengan lahapnya.
“Hmmm..Enak banget Bon.”


Nasi goreng dan susunya habis ludes seketika. Dan akupun hendak meneguk susu strawberry itu, namun saat habis separo, ada sesuatu keras mengenai ujung gigiku. Apa ini? Kumendekat arah sinar senter. Cincin? Kupegang benda kecil berwarna silver dengan mata berkilau di tengahnya.

“Bona, mau nggak loe jadi milik gue selamanya?”tanya Angga padaku

Aku sangat kaget mendengar ini semua. Aku dilamar? Aku harus bilang apa?
“Gue..gue..tapi gue belum lulus kuliah Ngga.Loe juga belum kan?” jawabku grogi
“Gini Bona, sebenernya gue dari dulu udah kerja, kebetulan gue punya tambang batu bara di Kalimantan. Dan loe tau Caffe Lovera yang sering kita datangi? Itu juga pribadi milik gue. Tentang kuliah, g ada masalah. Gue juga udah minta restu sama bokap nyokap loe dan hasilnya boleh.”
“Tapi..gue belum siap Ngga..”Sungguh saat itu aku nggak menyangka bakal dilamar. 
Angga mencium bibirku di kegelapan ini, dan aku membalasnya.
“Iya. Gue mau Ngga..”
Yihaaaa....Angga menari Gangnam Style dan Harlem Shake. 
“Makasih sayang. I love you.”
“I love you too” Kami saling berpelukan


Aku menangis karena terharu. Begitu lucu caranya melamarku. Seminggu setelah itu, kami langsung menikah. Acara resepsi diadakan di halaman rumah Angga yang sangat luas. Aku mengenakan gaun putih nan indah rancangan Vera Wang. Dan kutahu kini, ayah dan ibunya telah lama pindah ke rumah di kompleks Mekar Sari dan ini adalah hunian kami sekarang. Dan akhirnya,sebuah rahasia hidupku terungkap, dia adalah jodohku, dia adalah Angga.
(by:Silvina Ratri)