>

Sabtu, 28 Februari 2015

Flight Attendant



Bermula dari sebuah pertemuan tak terduga.
Hom Pim Pa..hap.. Mike kalah.”Mike loe harus kenalan sama junior yang lewat depan kelas.”
“Ah. Gue nggak mau.”
“Itu tuh. Dek, sini.” Yopi menarik tangan Kia ke depan kelas XII IPA 2.
“Apaan sih Kak?” Kia merasa malu menembus kawanan kakak kelas.
“Cepet kenalan dulu sama dia.” Kak Yopi menyuruh seorang senior berkenalan dengan Kia. Dia seorang cowok imut, kulitnya putih, tidak begitu tinggi. Kia tersenyum malu melihat kearah cowok itu. Cowok itupun terlihat malu-malu. Ia mengawali dengan mengulurkan tangan ke arah Kia.
“Mike.”
Kia membalas jabatan tangan Mike.
“Kia.”
Kia berlari ke kelasnya. “Tau nggak Hima?? Gue malu banget tadi. Masa Kak Yopi narik gue buat kenalan sama Kak Mike.”Kia menutup wajah merahnya.
“Ha? Yang bener? Mana orangnya?” Hima keluar kelas menengok ke arah kelas XII IPA 2. “Yang mana?” Tanya Hima lagi.
“Itu yang lagi duduk bersandar di tembok.”
“Oh yang itu, lumayan juga tuh Kia. Dia minta nomor HP elo nggak?”
“Nggak.”
“Hmmm. Harusnya dia minta nomer HP elo. Kayaknya sih, menurut feeling gue, elo bakal ada suatu hubungan sama dia.”
“Haha. Masa? Sok peramal loe!” Kata Kia tertawa lebar.
“Eh dari tadi dia lihatin elo lho. Serius deh.”
Kia menengok ke arah Kak Mike. Tatapan mata mereka berdua beradu.
“Tuh kan muka elo merah?” Kata Hima
“Ini kena matahari Him.”
----
Hujan malam ini terasa segar mengguyur jendela rumah Kia. Kia duduk di depan TV menonton reality show kesukaannya yaitu On The Spot .Hpnya berdering keras. Ia mengambil hp poliponik miliknya.
“Malam Kia. Lagi apa?”
“Siapa?”Balas Kia pada orang yang belum ia kenal.
Kia sholat Isya dan duduk di depan TV lagi. Hp Kia berbunyi lagi. “Ini Mike.”
Kia tersenyum melihat sms dari Mike. Kia berpikir kenapa Mike bisa mendapat nomor Kia.
“Lagi nonton TV aja. Mike siapa ya?”
“Mike yang tadi siang.”
“O. Kak Mike? Dapat nomorku dari siapa Kak?”
“Dari temen. Ganggu nggak ya?”
----
“Tadi malem Kak Mike sms gue Him.”
“Wah wah. Beneran? Serius? Berarti bener dong ramalan singkat gue. Lucu kan kalau elo sama Kak Mike bisa menikah?”
Kia melongo dengar ucapan Hima. “Hey. Sadar elo. Gue masih 16 tahun. Masih kelas X. Masih ingusan, belum bisa masak dan belum bisa wujudin tekad masuk IPA. Gue belum punya KTP, belum punya SIM juga”
“Siapa juga yang bilang loe harus nikah sekarang sama dia?”
“Elo.” Haha. Kadang Kia tertarik dengan ucapan Hima. Ucapan kemarin nggak meleset. Kia terus berpikir. “Bisa aja Kak Mike sms gue karena taruhan atau dia cuma iseng atau dia cuma mau temenan?”
“Idih. Jaman sekarang kalau cowok sms kayak gitu artinya ada maksud. Maksud PDKT. You know what?”
---
Kia sangat menyukai Friendster-an. Dia suka update setiap waktu. Kak Mike meng-add FSnya dan mereka sering berkiriman pesan. Lama-kelamaan mereka saling dekat.
“Kia, nanti habis pulang sekolah, tungguin gue di gerbang sekolah ya. Gue mau ajak loe ngomong sesuatu.”
“Ngomong apa Kak? Oke.”
“Loe nggak bawa motor kan?”
“Nggak Kak.”
---
Sepulang sekolah, Kia menunggu Kak Mike di depan gerbang. Ia masih menggunakan seragam khas kotak-kotaknya. Sudah satu jam berlalu, Kia mulai bad mood menunggu lama. Menunggu adalah hal yang paling dibenci oleh Kia.
“Kak Mike dimana? Jadi nggak?”
“Sebentar Kia. Gue otw hampir sampai di SMA.”
Habis ini gue mau ngomong apa sama Kak Mike? Terus mau jalan-jalan naik angkot apa andong? Hujan gerimis membasahi jalanan. Aduh. Gue lupa bawa payung. Udah kebiasaan bawa motor, ingetnya bawa mantol aja.
---
Mike menjemput Kia menggunakan mobilnya. Kia bahkan tidak tau kalau Mike bakal bawa kendaraan. Kia udah nengokin angkot di depan pintu.
“Masuk Ki.”
Kia dan Mike terlibat pembicaraan kikuk. Kia dan Mike membeli nasi goreng dan susu cokelat hangat. Kia bahkan bingung siapa yang akan membayar. Kia lagi bokek karena uang sakunya pas-pasan dan ia juga malu kalau dibayarin. Mike akhirnya membayarkan untuk kali ini.
---
Kia dan Mike akhirnya dekat. Dari semula bahasan konyol, mereka semakin akrab layaknya sepasang kekasih. Hingga penghujung tahun, tiba saatnya UAN untuk kelas XII. Mike lulus dengan prestasi memuaskan. Ia dapat peringkat 10 besar di sekolah. Mike diterima di Universitas Puan. Sebuah Universitas kuno dengan gaya arsitektur Candi Borobudur. Mike mengambil jurusan Hubungan Internasional. Dia memang jago dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain.
“Kia. Gue pamit dulu. Gue udah diterima di Universitas Puan di Jakarta. Kita bakal jauh ya. Sebelumnya, gue mau ungkapin sebuah  hal yang gue nggak pingin elo jawab. Jawab gue 5 tahun lagi. Gue sayang sama elo.”
“Iya Kak. Hati-hati. Semangat buat kuliahnya. Gue di sini doain yang terbaik buat Kak Mike. Doain gue masuk jurusan IPA ya Kak. Kia bakal belajar keras biar bisa ngejar kesuksesan kakak.”
---
Dear Diary
Poin 1. Tahun ini, gue masuk jurusan IPA. Ngeselin apa nyenengin nih? Nyenengin karena gue bisa ketemu pelajaran Biologi dan ngeselin karena gue nggak suka pelajaran Kimia dan Fisika. Gue masih bisa tetep hidup without study that. Lihat aja 5 tahun ke depan. Apa yang gue katakan pasti terwujud.
Poin 2. Belajar pelajaran IPA dengan sepenuh hati. Beban yang gue rasakan saat belajar di SMA favorit setara dengan menaruh batu bata di atas kepala gue. Gue cuma anak pas-pasan. Ranking gue seperti tarzan yang goyang-goyang di pohon. Di tengah-tengah terus. Kata Hima, gue nggak pintar tapi nggak bodo.
---
Sampai saat kelas XII, Kia bingung mau nglanjutin kuliah apa nggak? Biaya kulaih tergolong mahal dan orangtua Kia khawatir dengan masalah keuangan di keluarganya.
“Ibu, Kia nggak mau kuliah. Kia udah mantapkan hati buat jadi masuk sekolah pramugari. Kia udah daftar Bu. Kebetulan masih ada cadangan keuangan dari kakak.”
“Apa kamu mantap Kia?”
“Iya Bu. Kia mantap mau daftar di sana.”
“Kia nggak takut sama banyaknya kejadian pesawat jatuh?”
“Takut mungkin iya, tapi Kia udah bertekad Bu. Ibu doain Kia jadi pramugari yang hebat ya.”
---

Kia diterima di sekolah penerbangan di Yogyakarta. Ia mengikuti pelatihan selama 1 tahun dan ia bisa langsung terbang.
Kia saat ini dekat dengan seorang pengusaha bernama Deas. Kia mencoba menerima perasaan Deas. Namun lain di hati Kia. Kia tidak merasakan apapun seperti orang sedang jatuh cinta. Ia merasakan hal biasa saat jalan bersama Deas. Kia pun memutuskan hubungan setelah jalan 1 tahun. Kia sempat dekat dengan seorang penerbang Cendrawasih Airlines. Kia lagi-lagi merasa tidak cocok dan putus begitu saja, padahal mereka hanya bertatap muka 3 kali dan yang terakhir kalinya adalah ucapan selamat tinggal dari Peter .
---
Kia mendapat penerbangan domestik. Kali ini, ia pindah ke Jakarta.Kia tinggal di asrama pramugari di kawasan Jakarta Selatan. Kia ditugaskan selama 1 tahun di Jakarta.
Entah kenapa Kia merasa sepi hari ini. Ia liburan selama 2 minggu. Nothing to do. Ia hanya duduk santai di kamar asramanya.
----
Jaman Friendster sudah punah berganti ke jaman Facebook. Kia tanpa sadar membuka profil Mike dan ia melihat status hubungannya lajang. Kia iseng miss call ke nomor Mike.
Tuttt Tutt Tuuuutt. Ternyata nomor yang dulu masih aktif nih. Gue membayangkan wajahnya saat tersenyum, lucu sekali. Bikin kangen.
Cringg..Cringg..Cringg.. Ponsel Kia bordering. Telepon masuk dari Mike.
“Halo..Siapa ya?”Tanya Mike dari seberang.
“Ini..Ini Kia kak.”
“Oh Kia. Ada apa? Tumben telepon?”
“Hmm..Cuma mau mastiin nomor Kak Mike aktif. Kia lagi menghapus kontak nomor di hp Kak.”
“Terus?”
“Masih aktif jadinya Kia nggak menghapus kontak Kak Mike.”
“Kamu gimana kabarnya?”
“Baik Kak. Ini gue lagi di Jakarta.”
“Jakartanya mana? Kia lagi ngapain? Hari ini ada acara nggak?”
“Ini lagi duduk aja di asrama Kak. Nggak ada. Lagi nggak ada jadwal penerbangan hari ini.”
“Gue ajak cari makan mau nggak? Kia kirim alamat asramanya nanti gue jemput jam 15.00.”
“Baik Kak. Ini. Jalan MH.Thamrin no 7 Jakarta Selatan Kak. Samping Lotte Mall.”
---
“Kia turun sekarang. Gue udah di bawah.”
Kia turun menuju tempat Mike duduk.
“Kak Mike.” Mike hanya tertegun memandang Kia.
“Hmm.Udah lama nggak ketemu Kia.” Mike mengajak Kia makan di foodcourt di Lotte Mall. Mereka memesan Ramyun Noodle. Obrolan ringan mengenai pekerjaan masing-masing. Sempat beberapa kali mereka tertawa lepas.
“Kia sekarang tambah cantik.” Mike memandangi wajah Kia.
“Kia mau bilang apa kalau Kak Mike bilang gitu?”
“Kia masih tetap sama seperti 5 tahun yang lalu.”Kia tersenyum simpul mendengar ucapan Mike.
“Kia, gue mau nagih jawaban dari pertanyaan gue dulu.”
“Pertanyaan apa ya?”
“Mau nggak loe jadi cewek gue?” Kia kaget mendengar pertanyaan spontan Mike. Senang namun bingung mau menjawab apa.
“Gue..Gue..apa harus jawab sekarang Kak?”
Mike berlari ke atas panggung dan mengambil mic . “Kia. Gue sayang sama elo udah lebih dari 5 tahun yang lalu. Elo cewek pertama yang gue suka dan gue berharap elo cewek terakhir yang gue miliki. Gue serius sama elo. I love You Kia. Mau nggak elo jadi pendamping gue?”
“Terima..Terima.” Sorakan dari pegunjung di sekitar mereka.
Kia berdiri dan berteriak “Iya.” Ini lamaran apa nggak sih?
Mike menghampiri Kia dan mengaitkan cincin akik itu. Kia kaget melihat bentuk cincin itu. Kia menyembunyikan tangannya setelah memakai cincin emas bermata batu akik putih bening. Ia mulai tertawa terbahak-bahak.
“Kenapa elo ketawa Kia?”
“Kak Mike suka batu akik?”
“Iya. Gue koleksi batu akik di rumah, tapi batu itu nggak mudah gue dapetin. Itu batu akik gue beli jauh-jauh ke Pulau Nusakambangan. Itupun udah gue pastiin umur batunya udah 1000 tahun. Gue jamin keasliannya. Warna putih bening ini nunjukin perasaan gue ke elo.”
“Kia terima Kak.”
Mike mengatakan secepatnya akan mengenalkan Kia ke orangtuanya.
---

Sebulan setelahnya, Mike dan Kia bertunangan. Kia merasakan degub jantungnya semakin cepat seperti pacuan kuda.
“Kak Mike, besok gue terbang ke Palembang. Mau oleh-oleh apa?”
“Kerupuk Palembang jangan lupa.”
Mike menjatuhkan Hpnya tanpa sadar. Layar HP retak menjadi dua, tepat di tengah foto mereka berdua. Sedetik kemudian, ia merasakan ada hal yang aneh di pikirannya. Sebuah firasat buruk.
---
Cuaca hari ini cerah sekali. Ramalan cuaca kali ini tidak tepat sama sekali. BMKG meramalkan akan terjadi hujan es dan angin puting beliung.
Pesawat Cendrawasih Airlines segera take off. Mike berdoa tanpa henti demi keselamatan calon istrinya. Berharap ia akan pulang dengan selamat.
“Apa seperti ini rasanya menyayangi seseorang? Gue khawatir terus kalau dia terbang. ”
---
MSC TV menyiarkan berita kecelakaan pesawat yang menimpa pesawat Cendrawasih Airlines rute Jakarta-Pelembang, 159 korban selamat dan mengalami luka ringan dan 5 orang dinyatakan hilang. 5 orang itu salah satunya adalah Kia. Melihat berita tersebut, Mike jatuh pinsan. Ia benar-benar kehilangan arah tujuannya.
---
Satu minggu berlalu
“Makan dulu Mike. Kalau kamu begini terus, kamu bisa sakit Nak.” Ibu Mike menangis
“Mike pingin ketemu Kia... Ma”
“Mike..please jangan keras kepala. Mama khawatir sama kamu. Kia pasti selamat”
---
 Kringg kringg kringg
HP Mike berbunyi.
“Iya halo.” Mike mendengarkan suara putus-putus dari sana
“Kak Mike? Ini K...”
“Haloo..siapa? Sebentar gue cari sinyal dulu”
“Ini Kia Kak.”
“Kia?” Raut wajah Mike berubah
“Iya Kia Kak. Kia sekarang di Palembang Kak. Kia selamat, tapi belum bisa pulang. Kia sementara tinggal di rumah penduduk. ”
“Dimana Kia? Keadaan Kia bagaimana sekarang?”
“Kia baik-baik saja Kak. Kia menyelamatkan diri pakai parasut. Parasutnya kebawa sampai pelosok desa Kak. Disini jauh dari perkotaan. Butuh waktu 12 jam menuju perkotaan Palembang.”
“Desa apa Kia? Walaupun sulit dijangkau, gue pasti bisa nyampe sana. Untunglah masih ada sinyal”
---
Hari ini juga Mike memesan tiket pesawat ke Palembang. Sampai di Palembang, ia naik bis ke terminal Boga. Kemudian naik angkudes sampai Desa Kauman. Setelah itu naik sepeda motor diantar oleh ojek sampai Desa Kidung. Selanjutnya menyeberang jembatan tali yang hampir roboh ke Desa Jati. Di Desa Jati itulah Kia terdampar.
Hari berubah gelap. Semalaman ini Mike terpaksa menginap di rumah penduduk karena perjalanan masih panjang. Mike harus menempuh jalan berbatu sejauh 6 km untuk sampai ke rumah Ibu Kaori. Akses jalannya hanya menggunakan jalan kaki.
---
Subuh subuh, Mike berangkat jalan kaki ditemani oleh Pak Lumo.
“Terima kasih Pak.”
“Sepertinya kita hampir sampai.”
Setelah berjalan jauh tanpa henti, Mike sampai di sebuah rumah bambu. Ia melihat seorang ibu tua sedang duduk di depannya mengobrol dengan seorang wanita muda. Ia Kia. Mike mengerahkan seluruh tenaga untuk berlari ke arah Kia. Mike memeluk Kia dengan erat sambil menangis.
“Kia. Gue khawatir banget sama elo. Gue shock denger ada kecelakaan pesawat kemarin. Gue takut elo pergi dari gue. Gue pengen elo berhenti terbang. Gue tau elo bidadari yang bisa terbang, makanya gue sita sayap elo.”
“Iya. Kia bakal berhenti terbang. Kia bakal minta ditempatin jadi Flight Attendant Instructur dan nggak terbang lagi Kak”
“Janji ya?” Mike pinsan di pelukan Kia. Ia sangat kelelahan karena ia belum sepenuhnya pulih dari sakitnya.
---
Tersadar dari pinsan, Mike merasa sudah baikan. Ia mengerahkan kemampuannya untuk pulang ke Jakarta. Mike dan Kia mengucapkan banyak terima kasih untuk Pak Lumo, Ibu Kaori dan semua orang yang sudah membantu mereka.
---
Sampai di Jakarta, Mike kembali ke rumahnya.
“Ma, Mike mau nikah sama Kia bulan ini”
Mike menggandeng Kia di depan ibundanya. Ibunda Mike memeluk Mike dan Kia. Beliau menangis haru.
“Baru kali ini Mike. Mama melihat keajaiban di depan mata Mama. Lihat, dia masih hidup adalah suatu keajaiban. Kalian dipertemukan kembali setelah perpisahan yang mengharukan.”
---

Hari Pernikahan tiba. Mike mengucapkan janji suci kepada Kia di depan orangtua Kia dan Ibunda Mike.
“Kia. Kak Mike. Gue terharu melihat kalian. Benar kan akhirnya elo menikah sama Kak Mike. Tebakan gue emang bener.” Hima menghampiri Mike dan Kia.
“Ah. Cuma kebetulan aja Him” Tawa Kia meledak
“Kak Mike. Kia itu sahabat gue yang paling manis, baik, pengertian dan sangat setia kawan. Gue titipin Kia sama Kak Mike. Hmm,,tapi Kak Mike harus jawab pertanyaan gue. Seberapa besar Kak Mike sayang sama Kia? Jawab jujur” Hima mengoceh panjang lebar di depan Mike. Kia hanya memelototi Hima memberi kode untuk diam.
“Sebesar ini dan bahkan lebih.” Mike mencium kening Kia. Kia sangat malu. Apalagi dilakukan di depan sahabatnya.
Hima tertawa lebar dan ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.”Hehe. Gue percaya sama Kak Mike. Jaga Kia ya.” Hima menghampiri Kia” Jangan lupain gue. Habis nikah, loe harus boleh hangout ama gue. Awas kalau Kak Mike nggak ngebolehin” Hima mengacam Mike dengan kepalan tangannya.
“Hima, ngapain kamu disitu?” Tanya Andre manggandeng Hima. Andre adalah tunangan Hima. “Maaf ya mengganggu waktu kalian.” Ia pamit undur diri membawa Hima pulang.
Kia berhenti menjadi seorang flight attendant. Ia sekarang menjadi flight attendant instructur di sebuah sekolah pramugari di Jakarta. Mike merasa senang Kia sudah tidak terbang lagi. Ia tidak perlu khawatir lagi dengan keselamatan Kia. They live happily ever after


(by: Silvina Ratri)

0 komentar:

Posting Komentar