>

Jumat, 27 Februari 2015

Oh,Si Mr PHP (Part 1)


Gue Wedha. Gue 24 tahun dan gue adalah seorang anak konglomerat dan populer. Gue ambil jurusan Ilmu Politik di Universitas Brawijaya. Gue punya seorang sohib sejati. Dia adalah Agung.

“Wed. Mau nggak elo gue kenalin sama cewek?”
“Siapa Bro?” Tanya gue sambil baca komik Naruto.
“Dia namanya Fitri. Anaknya lumayan asik kok. Dia jurusan Akuntansi. Nanti gue tunjukin orangnya.”
“Kenapa nggak loe aja yang jadian sama dia?”
“Hmm. Gimana ya? Dia masih saudara ama gue. Dia sepupu gue Bro.”

Gue bolak balik komik Naruto di genggaman gue. Sambil memandang wajah cantik Sakura. Kalau aja gue bisa dapet cewek seperti Sakura, gue nggak akan ngelepasin. Sakura mirip sama seorang cewek yang cantik banget di seberang sana, dia Karen. Karen adalah seorang mahasiswi jurusan Akuntansi di Kampus ini. Kebetulan Fakultasnya tidak jauh dari Fakultasku. Sepertinya gue jatuh hati pada pandangan pertama sewaktu ospek tahun lalu.

“Gimana Bro? Mau nggak? Sebenarnya dia yang mau kenalan sama elo. Dia yang bilang sama gue.”
“Iya iya. Mau ketemu kapan?”
“Gue kasih nomer HP elo ke dia. Dia udah whatsapp elo belum? Tengokin gih.”
“Oh. Iya udah.” Ogah-ogahan gue lihat whatsapp gue.
“Balesin Bro.” Agung menyuruh gue membalas pesannya. Gue bales pesannya."Sepertinya dia ada feel sama elo.

Lama kelamaan gue deket sama Fitri. Gue deket sama dia bukan niat PDKT sebenernya cuma mau temenan aja. Dari bahasa bbm dan whatsappnya, gue tau kalau dia udah mulai berharap lebih sama gue. Entah pikiran setan itu datang darimana, gue akhirnya nembak dia walaupun gue sebenarnya nggak sayang sama dia. Daripada gue jomblo terus dan gue juga nggak enak sama Agung yang support hubungan ini sampai sekarang. Iseng aja gue ajak dia ke acara Promnite tahunan kampus gue.

“Fitri. Please besok Sabtu, datang ke Promnite bareng gue ya.”
“Iya Wedha sayang.” Fitri pun mengiyakan. Fitri seorang cewek biasa-biasa aja. Dia bukan tipe gue. Dia cewek berkacamata dan nggak cantik. Tapi, dia baik banget. Pastilah dia baik soalnya dia suka sama gue. Sebenarnya, ngajak dia ke Promnite seperti malapetaka buat gue. Ada yang bilang kalau cewek itu perhiasan cowok. Gue menilai kalau Fitri ini semacam perhiasan imitasi buat gue. Gue melihat rekan gue disana bergandengan dengan cewek yang sangat cantik, beda sama gue yang hanya bisa pasrah.
“Wed, kenalin. Ini sahabat gue Karen.” Fitri mengenalkan Karen ke gue. Oh My God. Gue ngrasa kaku seperti seongok Iron Man yang mau menyalami sengatan listrik. Kenapa tangan gue nggak mau nglepasin tangannya?
“Hehe. Hmm. Gue Wedha.”
“Gue Karen. Fitri sering cerita banyak tentang elo.” Karen menggunakan gaun hitam. Dia terlihat sangat elegan, anggun dan modis.
“Cantik banget ya Karen. Sayang banget cewek secantik dia belum punya pasangan.” Fitri memanggil Agung  ”Gung, temenin Karen sana.”
“Iy...Iya. Pasti Fit.” Agung membawakan Karen segelas minuman soda. Karen terlihat tersenyum menyambut minuman itu. Apa yang terjadi ini? Kenapa dada gue terasa sakit.
“Fit. Gue mau ke kamar kecil sebentar.”

Di depan wastafel, gue merenung. Sakit banget lihat mereka berdua. “Arrgghhhh si kunyuk itu.” Gue berpikir, kenapa gue harus mau dicomblangkan sama Fitri, sedangkan gue sukanya sama Karen. Gue harus bisa dapetin Karen.
Gue kembali lagi ke acara Promnite lagi.
Selamat malam semua. Gue Reinaldi. Host acara Promnite kali ini. Okey, untuk memeriahkan acara hari ini, gue pilih secara acak siapa yang akan membawakan sebuah lagu istimewa buat kita semua? Kita acak namanya. Siapa? Dia.. Wedha Gemilang.
“Gue?”Gue menunjuk diri gue kaget.”Lagu ini menyatakan perasaan gue sama seseorang yang nggak bisa gue sebutin.” Gue nyanyi sebuah lagu berjudul Sugar-Maroon 5. Gue pandangi wajah Karen yang duduk di samping Agung dari atas panggung. Fitri mengira lagu ini untuknya.

Acara Promnite pun selesai. Saatnya penobatan King and Queen of The Nite.  Queen of The Nite kali ini adalah “Karen Perdani” dan King of The Nite kali ini adalah “Wedha Triatmojo”.
“Cocok sekali mereka berdua” sambut Reinaldi.

Jam menunjukkan pukul 24.00. Promnite sudah usai. Gue mengantar Fitri pulang ke rumahnya.
“Fit, pulang.” Gue ajak Fitri Pulang.
Gue lihat Karen di sampingnya.
“Sayang, anterin Karen pulang juga.”Fitri menggandeng Karen.
 Fitri duduk di kursi depan dan Karen duduk di kursi belakang
“Selamat ya kalian dapat penghargaan malam ini.” Fitri menyalami gue dan Karen.


Sampai di depan rumah Fitri. 
Jeglek. Fitri membuka pintu mobil dan segera melangkah meninggalkan kami berdua “Makasih sayang. Hati-hati di jalan. Jangan sampai nyasar ya”
Gue sama Karen berdua? Kerasa gerah banget.
“Karen, elo kepanasan nggak? ACnya kurang dingin nggak?”
“Iya. Naikin dikit boleh.”
“Nggak nyangka gue sama elo dapet penghargaan malam ini.”
“Heem. Nggak nyangka.”
“Btw, rumah elo dimana?”
“Lurus terus belok kanan.”
“Ren, elo kelihatan deket sama Agung tadi. Emangnya elo udah jadian sama dia?”
“Nggak kok. Gue..Berhenti disini. Udah sampai. Ini rumah gue.”
“Bentar Ren. Jawab dulu pertanyaan gue.”
“Belum. Kita belum jadian, tapi mungkin dalam proses. Hehe.”
Karen masuk ke gerbang rumahnya.
---
“Jemput gue di rumah sayang. Gue mau belanja buat kado ulang tahun Karen. Minggu depan Karen ulang tahun.”
“Iya. Tunggu.”
Gue mampir ke rumah Fitri. Sering sekali gue main ke rumahnya. Walaupun Fitri anak konglomerat, gue tetep nggak ada perasaan sama dia. Gue juga punya prinsip nggak akan mengenalkan cewek yang biasa-biasa aja ke orangtua gue. Gue harus dapetin cewek yang pantas buat gue.
“Yuk.”
---
Gue dan Fitri jalan ke Exchange buat beli sesuatu untuk Karen. Sebenernya, gue pengen banget beli kado buat Karen.
“Gue mau beliin Karen jaket Nike. Dia suka banget jogging. Dia pasti suka.”
“Iya.” Gue masuk ke Nike Store. Di sana berjajar banyak jaket, sepatu dan tas. Gue suka Adiddas, tapi mulai hari ini gue jadi suka Nike.
“Menurut loe yang biru apa yang pink?”
“Karen suka warna apa?”
“Karen suka warna pink”Jawab Fitri
“Berarti yang biru aja Fit. Loe kan suka Biru. Jadi biar dia inget sama elo.”
“Gue beli deh. Gue setuju yang biru lebih bagus. Lumayan ini limited edition. Cuma tinggal 2 ini.”
“Yang pink gue beli. Kebetulan adek gue juga suka jogging.”
“Manis banget. Abang yang sayang sama adeknya.” Padahal gue anak satu-satunya. Gue nggak punya adik ataupun kakak.
“Bungkus ya.” Dua kado itu dibungkus pada kertas kado yang sama
---
Diperjalanan, kebetulan banget ketemu sama Karen yang lagi jalan sendirian di depan parkiran.
“Karen.”
“Hay Fitri.”
“Elo sendirian?”
“Iya. Gue sendirian aja. Gue mau mampir beli camilan. Persediaan gue di rumah menipis.” Karen menunjukkan 2 bungkus belanjaan berukuran besar.
“Elo naik apa kesini? “
“Gue naik taksi.”
“Entar pulangnya bareng gue aja. Daripada repot bawa barang banyak gitu. Gue bantuin bawa sini”Fitri mengambil satu bungkus plastik besar belanjaan Karen
“Ah. Nggak enak nanti sama elo. Gue jadi obat nyamuk lagi.”
“Nggak apa-apa kalau elo obat nyamuknya. Gue nggak bakal mati.”Fitri menggandeng Karen
Gue bergegas ke parkiran menenteng belanjaan Fitri. Gue taruh di kursi depan. Mereka duduk di kursi belakang. Gue bener-bener ngrasa jadi sopir.
“Udahan dulu ya.” Fitri turun di depan rumahnya. Ia menenteng barang belanjaannya.

Lagi. Gue berdua lagi sama Karen.
“Ren, pindah depan gih.” 
Karen duduk di samping gue.
“Gimana perkembangan elo sama si kunyuk itu?” Gue mulai membuka pembicaraan
“Dia udah nembak gue, tapi belum gue kasih jawaban. Agung sering cerita tentang gue nggak sama elo?”
“Nggak. Gue sekarang jarang ketemu sama dia.”
“Ren. Ada yang mau gue omongin.” Gue berhentiin mobil gue tepat di samping gerbang rumahnya
“Apa?”
“Gue tau ini nggak boleh, tapi.. gue udah mendam rasa ini lama Ren. Gue jatuh cinta sama elo sejak pandangan pertama. Pertama kali saat kita ketemu. Waktu ospek 2 tahun yang lalu.” Gue pegang tangannya.
“Apa elo udah gila Wed?”
“Iya. Emang gue gila karena elo. Dengerin gue. Gue nggak bakal nglepasin tangan elo kalau elo belum mau jawab pertanyaan gue.”
“Tapi ini nggak mungkin.”
“Nggak ada yang nggak mungkin.”
“Lepasin tangan gue.”
“Nggak mau. Kalau elo belum jawab.”
“Oke. Gue tau ini gila. Apa mau elo?”
“Gue pengen elo nemenin gue jogging sore besok. Ingat. Pakai ini.” Gue beri hadiah yang udah gue bungkus itu. Jaket Nike warna pink.
Karen turun membawa bungkusan itu. Ia masuk ke dalam rumahnya.
---
Karen bbm gue“Makasih kadonya. Gue suka banget. Besok gue mau nemenin elo jogging
Yeyeye. Gue seneng banget. Akhirnya gue bisa jalan bareng sama Karen.
Besok gue jemput elo di rumah elo.
“Ren. Kita jogging di Taman Menteng ya.”
“Oke Wed.”
---
“Sayang. Elo dimana?”
“Gue lagi nganterin Mama ke pasar.”
---
Gue jogging bareng Karen di Taman Menteng. Seneng rasanya bisa jalan sama dia. Gue ngrasa ini dia perhiasan gue. Karen terlihat cantik memakai jaketnya. Gue baru sadar kalau jaketnya warna biru. Fitri salah bawa belanjaan gue. Gimana ini? Masa bodo ah

Capek berlari 3 putaran di kompleks, gue duduk di rerumputan taman melihat ke Danau. Danau ini sangat indah. Ada sekelompok burung terbang kesana kemari. Burung bangau mencari makanan di samping danau. Sinar matahari yang mulai redup menambah suasana romantis kalai ini. Cocok banget suasananya.

Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan gue.
“Oh. Ternyata Mama elo nggak jadi ke pasar?”
Gue menengok ke belakang. Fitri?
“Fitri?” Karen kaget melihat Fitri berada di sana
“Kenape elo bisa ada di sini Fit?” Tanya gue pada Fitri
“Elo lupa? Aplikasi GPS di HP elo.”
“Jaket elo bagus banget Ren. Mengingatkan gue sama warna kesukaan gue.”
Gue dan Karen nggak bisa ngomong apa-apa. Gue merasa sangat bersalah sama Fitri.
“Kalian yang langgeng ya. Demi hubungan kalian, gue berkorban banyak. Jangan sampai kalian putus.”
“Maafin gue Fit.”
“Pasti gue maafin elo. Tapi gue udah nggak sudi jadi sahabat elo lagi.”
Fitri pergi dari hadapan gue.
“Gue ngrasa bersalah sama Fitri. Harusnya kita nggak kayak gini. Fitri itu baik banget sama gue. Elo juga pasti tau kalau dia baik banget”
“Tapi..tapi gimana perasaan gue?”
Karen menangis lama sekali.
“Mulai sekarang, gue nggak mau ngomong sama elo lagi.”
Karen pergi meninggalkan gue.
--
Semenjak kejadian hari itu, gue nggak pernah ngelihat Karen dan Fitri bersahabat seperti dulu.
“Ah Bro. Gimana sih elo? Masa elo ndeketin Karen? Dia kan gebetan gue? Gue kecewa elo ngecewain Fitri. Jahat loe.”
“Gue nggak tau elo deket sama Karen.”
“Nggak tau apa pura-pura nggak tau Bro?”
“Hmmm. Entahlah gue nggak punya kata-kata lagi”
“Udahlah. Gue bukan tipe yang mempermasalahkan hal seperti ini. Masa hanya karena cewek, kita jadi musuhan? Ngopi yuk” Agung ketawa keras.
“Maafin gue nggak bilang ini dari awal. Gue sebenernya udah suka sama Karen sejak 2 tahun yang lalu.”
“Udahlah nggak perlu bahas itu lagi.” Agung merangkul gue.
“Kali ini gue yang traktir.” Kata gue pada Agung
(to be continue

(by:Silvina Ratri)






0 komentar:

Posting Komentar